Pernikahan Adat Sunda
Pernikahan memang salah satu upacara sakral yang diharapkan sekali seumur
hidup. Bentuk pernikahan banyak sekali macamnya dari yang paling sederhana
sampai yang paling lengkap karena memakai upacara adat suatu daerah tertentu.
Orang Indonesia jika menikah niscaya tidak pernah meninggalkan adatnya. Kalau
tidak mengikuti adat dari pengantin pria biasanya mengikuti adat pengantin
wanita. Inti dari pernikahan sejatinya sama yaitu ingin mendapat restu dari
orangtua dan masyarakat luas.
Banyaknya adat dan budaya di Indonesia, tentunya menjadikan banyak pula
macam prosesi pernikahan adat yang berbeda-beda. Seperti prosesi pernikahan
adat sunda ini, kekayaan budaya tatar sunda dapat kita lihat lewat prosesi
pernikahan adatnya yang diwarnai dengan humor namun tidak menghilangkan nuansa
sakral dan khidmat.
Dalam pernikahan adat sunda hampir sama dengan adat pernikahan jawa dan
daerah lainnya. Ada beberapa acara yang harus dilakukan untuk
melangsungkan pernikahan. Diawali dengan meminta izin kepada kedua orangtua
melalui pengajian. Dilanjutkan dengan siraman sampai prosesi
pernikahan. Bagi banyak orang sunda, tahap-tahap prosesi pernikahan adat wajib
untuk dilakukan.
Pernikahan Adat Sunda di Daerah Cisaga Ciamis
05 Mei 2016, di Cisaga, tepatnya
di Cisaga kota persis di seberang Mesjid Agung Cisaga, berlangsung sebuah pesta
pernikahan antara dua mempelai yang semuaya berasal dari Desa Cisaga. Setting
menggunakan setting Budaya Sunda. Upacara adat, termasuk pakaian pengantin adat
sunda dikenakan kedua mempelai beserta para kerabat dan panitia. Akad nikah dilakukan langsung di
Mesjid Agung Cisaga yang terhalang Jalan Raya Ciamis - Banjar dari tempat belangsungnya
pesta pernikahan. Gelaran Electone disajikan untuk menambah
semarak pesta pernikahan tersebut. Menjelang sore, Jalan Raya Ciamis - Banjar masih cukup padat dilalui
berbagai kendaraan, termasuk sebuah rombongan tour wisata yang melintas dari
arah Ciamis menuju Banjar. Kendaraan yang digunakan jenis bis yang berhenti di
Pertigaan Cisaga (Jalan pertigaan Ciamis - Banjar dan Rancah). Rombongan turun
dari bis dan berlajan menyusuri jalan Ciamis - Banjar, melewati Kantor Desa
Cisaga yang berseberangan dengan desa Alun-alun Kecamatan Cisaga, dan kembali
ke depan Mesjid Agung Cisaga tepatnya ke tempat resepsi pernikahan berlangsung.
Prosesi Pernikahan Adat
Sunda Sebelum Hari H
1. Neundeun Omong
(Menyimpan Ucapan)
Pada prosesi pertama
adalah pembicaraan antara kedua pihak orang tua mempelai atau walinya yang
dipercaya jadi menjadi utusan pihak pria yang mempunyai rencana untuk
mempersunting seorang wanita sunda.
Orang tua atau wali
datang bersilaturahmi dan menyimpan pesan bahwa kelak sang wanita akan dilamar.
Sebelumnya orang tua masing-masing memang telah membuat kesepakatan untuk
menjodohkan atau sang pria dan wanitanya sudah sepakat untuk mengikat janji
dalam suatu ikatan pernikahan. Selanjutnya orang tua pria datang sendiri atau
menyuruh orang lain ke rumah sang wanita untuk menyampaikan niatnya.
Intinya, neundeun
omong (titip ucap, menaruh perkataan atau menyimpan janji) yang
mengharapkan sang wanita agar menjadi menantunya. Dalam hal ini, orang tua atau
wali membutuhkan kepandaian berbicara, berbahasa dan penuh keramahan.
2. Narosan atau
Nyeureuhan (Lamaran)
Prosesi melamar atau
meminang ini adalah sebagai tindak lanjut dari tahap pertama. Prosesi ini
dilakukan orang tua calon pengantin keluarga sunda dan keluarga dekat. Hampir
mirip pada tahap pertama, bedanya dalam lamaran, orang tua pria biasanya
mendatangi calon besannyadengan membawa makanan atau bingkisan kepada mempelai
wanita dengan seadanya, membawa lamareun untuk pameungkeut yaitu
tali pengikat kepada calon pengantin wanitanya. Biasanya berupa uang,
seperangkat pakaian, semacam cincin pertunangan, sirih pinang komplit dan
lainnya. Selanjutnya, kedua pihak mulai membicarakan waktu dan hari yang
disepakati untuk melangsungkan pernikahan.
3. Tunangan
Prosesi pernikahan adat
sunda yang ketiga adalah prosesi patuker beubeur tameuh, secara tradisional yaitu dilakukan penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada
sang wanita. Sedangkan secara modern pertukaran cincin mempelai pria dan wanita biar
keduanya saling terikat.
4. Seserahan
(Nyandakeun)
Pada 3 – 7 hari sebelum
pernikahan, calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga,
perabot dapur, makanan dan lain-lain.
5. Ngeuyeuk Seureuh
Ini adalah prosesi yang
tidak wajib atau pilihan. Jika ngeuyeuk seureuh tidak
dilakukan, maka seserahan dilakukan sesaat sebelum akad nikah. Tahap ini
dilakukan sebagai berikut:
a. Dipimpin Pengeuyeuk.
b. Pengeuyek menyuruh kedua
calon pengantin untuk meminta ijin dan doa restu kepada kedua orang tua serta
memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan berupa parawanten, pangradinan dan
sebagainya.
c. Diiringi lagu kidung oleh Pangeuyeuk.
d. Disawer beras, agar hidup
sejahtera.
e. Dikeprak dengan sapu lidi
disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan rajin bekerja.
f. Membuka kain putih
penutup Pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina
masih bersih dan belum ternoda.
g. Membelah mayang
jambe dan buah pinang oleh calon pengantin pria. Mempunyai makna agar
keduanya saling mengasihi dan bisa menyesuaikan diri.
h. Menumbukkan alu ke
dalam lumpang sebanyak tiga kali oleh calon pengantin pria.
6. Membuat Lungkun
Saling hadapkan dua
lembar sirih bertangkai. Digulung menjadi satu memanjang. Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya agar kelak rezeki yang didapat jika
berlebihan bisa dibagikan kepada saudara dan handai taulan.
7. Berebut Uang
Prosesi ini
dilaksanakan di bawah tikar sambil disawer setelah resepsi pernikahan. Bermakna berlomba-lomba
dalam mencari rejeki dan disayang keluarga.
Prosesi Pernikahan Adat
Sunda Pada Hari H
Pada hari yang telah
ditetapkan oleh kedua keluarga calon pengantin.
Prosesi Upacara
Pernikahan
a. Penjemputan Calon
Pengantin Pria
Sebelum resepsi dimulai dilakukan penyambutan dari mempelai wanita untuk
menyambut mempelai pria. Dilakukan oleh utusan
dari pihak wanita.
b. Ngabageakeun
Ibu calon pengantin
wanita menyambut dengan mengalungkan bunga melati kepada calon pengantin pria.
Kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju
pelaminan.
c. Akad Nikah
Petugas KUA, para saksi
dan pengantin pria telah berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput
pengantin wanita dari kamar. Kemudian didudukkan di sebelah kiri pengantin pria
dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang bermakna penyatuan
dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka ketika kedua mempelai akan
menandatangani surat nikah.
d. Sungkeman
sungkeman dalam
berbagai daerah dilakukukan dengan cara berbeda – beda seperti masyarakat jawa,
sungkuman dilakukan dengan cara mempelai pria berjalan jongkok menuju kepada
orang tua kedua mempelai untuk meminta ampun dan meminta restu. Begitu juga di
jawa barat khususnya didaerah cisaga ciamis sungkeman dilakukan dengan cara berlutut
dihadapan kepada kedua orang tua untuk meminta restu dan meminta ampun.
e. Wejangan
Setelah akad nikah diberikan
nasehat kepada kedua mempelai agar rumah keduanya diberikan kebaikan dam dilaksanakan
oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
f. Saweran
Kedua pengantin
didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan.
Pantun mengandung petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin
dipayungi dengan payung yang besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit
ke atas payung.
g. Meuleum Harupat
Pengantin wanita
menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram
pengantin wanita dengan kendi air. Lalu harupat dipatahkan
oleh pengantin pria.
h. Nincak endog
(Menginjak Telur)
Prosesi ini akan dilakukan setelah kedua mempelai melakukan
akad nikah. Nincak endog ini melambangkan kemampuan mempelai laki laki untuk
memberikan keturunan bagi generasi keluarga. Pengantin pria lah yang menginjak telur
dan elekan sampai pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air bunga
dan dilap oleh pengantin wanita.
i. Muka Panto (Buka
Pintu)
Diawali mengetuk pintu
tiga kali. Lalu diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan
luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin
masuk menuju pelaminan.
Prosesi pernikahan adat
sunda saat ini mulai disederhanakan, melihat prosesinya yang begitu panjang dan
melelahkan. Bahkan menurut sebagian ulama, Prosesi pernikahan ini terlalu
mubazir sebab ada prosesi menginjak telur yang diibaratkan sangat tidak
menghargai kreasi Yang Maha Kuasa. Namun adat tetap saja adat, bagaimanapun
bangsa ini tetap harus melestarikan adatnya yang ada.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar